Kamu
ingat saat pertama kita bertemu? Tidak mungkin kamu bisa lupa. Momen seperti
itu tidak datang dua kali dalam hidup kita. Jadi pasti kamu masih ingat, Iya
kan?
AC
kantin rumah sakit yang tidak dingin, selang infusku yang menjuntai, teh kemasan
yang kamu benci tapi saat itu kamu haus sekali jadi kamu tidak punya pilihan
lain. Di sana ramai, sampai-sampai kita tidak bisa menyembunyikan suara kita.
Kamu
ingat itu semua? Bagaimana kita terdampar di meja yang sama. Bagaimana kamu gugup
meladeniku.
Dari
saat momen itu, kala kamu meneguk teh kemasanmu salagi mendengarkanku berbicara.
Entah kenapa aku yakin, bahwa kamu lah priaku.
Kita
pernah bertemu sekali sebelum aku masuk rumah sakit. Kamu tidak pernah tahu, karna
saat itu kamu sedang tidur di bangku taman. Terlindung oleh selembar jaket.
Jaket yang nantinya membuatku tahu bahwa kamu adalah orang yang sama.
Pertanyaan
yang muncul pada benakku saat itu ya biasa saja. Kok bisa? Karna aku penasaran,
saat itu aku menghampirimu dan menontoni wajah lelahmu. Aku tahu itu sedikit
tidak sopan. Tapi saat itu kamu benar-benar manis, tak bisa kutahan. Maaf ya.
Sebenarnya,
saat leukimia ku sembuh, aku langsung ingin mengontakmu. Tapi sayang aku tidak
punya kontakmu. Jadi kita baru bertemu setahun setelahnya.
Yap.
Di stasiun kereta. Jaketmu masih sama, maka wajar aku masih mengenalimu. Tapi
kenapa kamu mengingatku, yah?
Tuh
kan. Ternyata banyak yang belum kita bicarakan. Padahal besok kita genap dua
tahun menikah. Kalau aku ingat-ingat, aku bahkan tidak tahu ukuran sepatumu,
atau golongan darahmu.
Maafkan
aku untuk tidak terlalu peka pada hal-hal kecil. Sebenarnya aku mau
menceritakan alasan kenapa aku tidak bisa peka pada itu semua. Tapi, yah,
alasan hanya sekedar alasan. Pada akhirnya semua tetap sama, aku tidak tahu
hal-hal kecil tentangmu, alasan tidak membuatku jadi tiba-tiba tahu.
Maka
dari itu, semua alasan yang kamu buat atas kepulanganmu yang makin hari makin
larut itu tidak membuatku tergerak. Pada akhirnya kamu tetap pulang larut. Dan
aku tetap tidur duluan, baru setelahnya kamu ikut. Kamu selalu langsung tidur.
Padahal akan romantis jika kamu mengusap wajahku atau membelai rambutku
sebelumnya. Tapi kamu tidak pernah. Sebenarnya aku selalu menunggu kamu
melakukannya di kala aku pura-pura tak sadar.
Aku
sering merindukanmu loh dirumah. Jika kamu cek di bawah lemari kita, kamu akan
menemukan catatan-catatan yang kutulis selagi memikirkanmu. Catatan itu aku
buat agar suatu saat kamu menemukannya. Sudah kah kamu?
Yah
kurasa walaupun sudah, tetap saja kamu tidak akan kembali kepadaku.
Sebenarnya
akan lebih baik jika kamu bilang bahwa kamu sudah jatuh cinta pada perempuan
lain, ketimbang aku menemukannya sendiri. Sial. Sakit sekali membaca obrolanmu
dengan Johanna.
Sebenarnya
semua yang ingin kukatakan sudah ada di catatan-catatan di bawah lemari. Kamu baca,
yah. Jangan sampai terlewat satu huruf pun. Kalau tidak nanti aku marah loh.
Dan
jangan kamu pikir aku kabur hanya karena chatmu dengan Johanna. Tidak-tidak.
Aku tahu semuanya. Semua yang kamu kira aku tidak tahu.
Selamat
tinggal.
Semoga
berita kematianku nanti bisa sampai.
Istrimu, Rachel.
Ps: 01/12. Timur Laut. 19/24. 3-3-3
No comments:
Post a Comment