Sunday, February 22, 2015

Mayones

Sampai sekarang mayones masih tersasa aneh di lidahku. Padahal dia suka sekali makan salad dengan mayones. Kalau aku, jangankan salad, sayur saja tak doyan. Katanya salad itu sehat, dia berkali-kali meyakinkanku bahwa makanan rendah kalori itu bisa bikin langsing. Lalu suatu hari saat aku makan malam dirumahnya, aku mencicipi sesendok salad dari mangkoknya. Ada kombinasi menarik dari dua unsur menjijikan itu, yang membuatku jatuh cinta seketika.

Kami bertemu di antara rak sayur-sayuran supermarket. Dia tidak di sana untuk beli sayur, tapi untuk berkenalan denganku. Di depan tomat dan brokoli, dia pura-pura menanyakanku tentang sayur apa yang dibutuhkan untuk membuat shabu-shabu. Aku tidak tahu apa itu shabu-shabu, jadi aku bilang kalau aku tak suka masak. Kemudian tanpa kuingat dengan jelas kenapa dan bagaimana, siang itu aku habiskan dengan mengitari supermarket bersamanya.
Belakangan aku baru tahu kalau dia menghampiriku karena dia pikir aku manis. Entahlah, bukan salahku juga aku terlahir dengan wajah seperti ini. Aku sendiri tak mau jadi cantik jika pada akhirnya hanya akan mengundang cowo-cowo idiot yang cuma tergila-gila pada penampilan. Tapi dia terus memujiku, awalnya aku kesal, tapi siapa sih yang mampu menolak lelaki tampan kekar sepertinya.
“Tidak ada yang tidak mungkin.” Pesan itu tertulis jelas padanya. Tanpa harus meneliti, semua orang dapat membaca itu pada dirinnya. Eksistensinya sendiri adalah bukti dari semangat itu. Apa-apa yang ia lakukan membuat orang-orang di sekitarnya percaya bahwa hidup itu indah, dan mereka harus menikmati keindahan itu. Sebuah pidato panjang tentang kehidupan disampaikan olehnya tanpa kata-kata, bahwa hidup sangat singkat untuk dihabiskan dengan bermuram. Semua orang mendengar, semua orang mengikuti, dan aku bohong jika kubilang aku bukan salah satu dari mereka.
Di pertemuan kedua kami yang direncanakan lewat pesan singkat, kami tahu bahwa kami sama-sama suka makan. Dia suka makan hati, dan aku suka makan teman. Dia mengaku semasanya sekolah sudah kurang lebih tiga puluh perempuan ia pacari. Tidak ada yang berakhir bahagia, atau paling tidak tahan sebulan. Sedangkan aku, adalah alasan di balik hancurnya puluhan hubungan cinta teman-temanku dengan pacarnya.
Dunia menyediakan misteri yang cukup untuk membuatku tidak peduli dengan banyak hal. Dia bukan salah satunya. Dia adalah lelaki penggemar salad dan olahraga yang suka menggoda wanita cantik, tetapi kadang dia menjadi sesuatu yang sepenuhnya tidak kumengerti. Tidak hanya percakapan kami yang selalu terasa baru, dan memang selalu ada hal baru. Tapi juga bagaimana dia bertingkah laku, yang kukira aku sudah tahu semua tentang orang sepertinya, tapi ternyata tidak. Aku bertemu dengannya di tempat-tempat yang tidak akan menemukannya. Kita selalu saling bertukar “ngapain kamu disini?” Setiap kali bertemu di tempat-tempat itu. Dan tempat yang paling tidak terduga, adalah rumahku.
Dia membawa bunga dan cincin, keduanya basah. Hujan sedang deras diluar saat dia mengetuk pintu rumah. Dia bilang dia mencintaiku, dan menawarkanku untuk menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Aku menolaknya. Pertama, ini terlalu cepat. Kedua, aku tidak tahu kenapa aku menolaknya.
Setelah itu dia jarang bertemu denganku, semua pesanku tidak dibalas, Teleponku tidak diangkat. Walaupun begitu dia masih senang bermain di mimpiku. Aku masih senang mencarinya. Ponselku kupastikan selalu dekat, agar bisa langsung kuangkat apabila dia menelpon.
Aku tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sepucuk surat undangan penikahan terselip di pintu pagarku. Dua nama tertulis di sampulnya; namanya, dan yang satu lagi aku tidak kenal. Aku letakkan surat itu di atas meja makan. Siapa tahu ibu atau adik ingin datang. Setidaknya, bantalku cukup tebal untuk meredam suara dan untuk menyerap air.

Sampai sekarang mayones masih terasa aneh di lidahku. Padahal dia suka sekali dengan mayones. Tapi untukku, mayones hanya terasa asam dan menjijikkan. Seperti dia dan segala tentangnya. Bagaimana pun juga, aku tidak bisa makan salad tanpa mayones.

No comments:

Post a Comment