Sunday, July 5, 2015

Malam Panjang

Malam merenggang di antara mereka. Tanpa waktu yang bisa dihitung, maupun ruang yang bisa digambar. Mereka  berdua duduk di sana, memandang sesuatu yang terus-menerus berputar dalam putaran liar; Potret-potret itu, atmosfir-atmosfir itu, degap-degup itu.

Tidak ada yang akan terjadi di malam sepanjang ini.
Angin berhembus, menggerakkan cabang-cabang pohon serta dedaunannya untuk bergesekan. Dan mereka berdua hanya duduk. Si laki-laki berselonjor dengan tangan di belakang menopang badan. Sedangkan yang perempuan duduk memeluk lutut.
Walaupun bukit itu menyuguhkan tontonan fantastis di atasnya, mereka seperti lupa tujuan mereka di sana. Mereka sama-sama percaya, bahwa masih ada banyak waktu untuk hal-hal sepele seperti tujuan.
Ada ketenangan asing pada dada mereka, yang tidak membutuhkan alasan. Karena ketenangan itu lahir dari pertanyaan-pertanyaan mereka yang tidak terjawab, dan dibiarkan tidak terjawab.
Heterogenisme ruang telah tersedot ke level mono. Atau… Entahlah… Sepertinya mereka bisa merasakan keduanya sekaligus. Singular dan jamak pada saat bersamaan. Seperti satu yang memiliki bilangan desimal yang tak hingga di dalamnya.
Bagaimanapun juga, tidak ada yang akan terjadi di malam sepanjang ini.
Dunia seperti menyempit, mengabur. Tersisa mereka berdua dengan bukit itu. Setiap kesan kota seperti hilang. Setiap manusia, bunyi klakson, terang lampu, kertas koran. Setiap tong sampah, setiap kaca gedung, setiap jalan raya. Semua tertelan begitu saja.
Impian dan kenangan, telah berfusi dengan abadinya waktu di malam itu. Mereka membiarkan semuanya tidak terselesaikan. tidak mencoba untuk merusaknya dengan bertanya pertanyaan-pertanyaan konyol seperti kenapa dan bagaimana. Atau sok-sok menganalisis arti kehidupan dengan otak kolot yang mereka miliki.
Setiap nafas yang dihirup adalah kehidupan yang kembali hidup. Lalu hembusan nafas tidak pernah minta cepat-cepat untuk dihirup kembali. Semua memiliki kenikmatan, yang berada pada tempat di mana kata-kata tak mampu untuk mendekskripsikannya, atau bahkan membisikkanya. Jadi mereka tidak mencoba untuk keduanya.
Pandangan mereka teduh. Wajah mereka damai. Mereka membiarkan rambut mereka tertiup angin.
Karena,

Tidak ada yang akan terjadi di malam sepanjang ini.

No comments:

Post a Comment